its

Foto saya
The winner instead of never failing, but never gave up.

Selasa, 29 April 2014

Pengalaman Operasi LASIK



10 Maret 2014 saya membuat suatu keputusan yang cukup “menegangkan”.
Sejak kelas 1 SMP, saat itu saya selalu buram apabila melihat papan tulis. HIngga akhirnya saya memberanikan diri untuk mengacungkan tangan saya dan berbicara pada guru matematika. “ Pak, mohon maaf, tulisannya kurang tebel pak, saya ngga keliatan ke papan tulisnya” kemudian pak Agus guru matematika saya itu menghampiri saya dan berkata pada rekan sebelah saya “ kalau kamu keliatan ngga ke papan tulis?” rekan saya menjawab “keliatan pak”, saat itu pak agus langsung menyarankan pada saya untuk periksa mata karena kemungkinan mata saya minus.
Sore itu jadwal untuk latihan basket, namun saya izin karena ingin segera memberitahukan pada mama mengenai masalah mata saya ini. Setelah sampai di rumah dan menceritakan kejadian di sekolah pada mama, mama berkata “ kakak pasti pengen gaya gaya-an yah, pake kacamata ? kan klo pake kacamata itu kaya nene nene”. Aku berusaha meyakinkan dan akhirnya tibalah disebuah optic, setelah diperiksa ternyata saya sudah minus 2, kaget sekali rasanya dan mulai saat itu saya menggunakan kacamata. Teman teman dikelas meledek dan mengatakan saya seperti nene nene karena memakai kacamata. Namun terbukti smp kelas 1 saya rengking 6 karena hamper semua yang diterangkan dipapan tulis saya tidak terlihat, dan semenjak menggunakan kacamata, saya naik ke peringkat 3 hingga lulus smp dengan peringkat 1 siswa teladan mendapatkan hadiah buku. Hihihi
Saat itu hingga 10 Maret 2014, sekitar 10 tahun saya menggunakan kacamata. Rasanya saya tidak bisa lepas dari kacamata. Sampai sempat pada waktu saya mengikuti pertukaran pelajar selama satu tahun di Jepang, saat itu jam pelajaran olah raga dan kami bermain catch ball, dan tanpa sengaja rekan saya melempar bola tepat ke muka saya. Alhasil, kacamata lagsung pecah dan saya menangis kesakitan. Rekan saya itu langsung meminta maaf dengan cara bersujud hal yang sangat mengagetkan. Mungkin itu kebiasaan orang jepang, tapi di Negara saya tidak sampai sebegitunya. Banyak sekali pengalaman menggunakan kacamata selama 10 tahun itu hingga saat ini saya terbebas dari kacamata setelah keputusan besar untuk operasi lasik.
Sore itu hari sabtu 8 maret 2014 mama papa dan rafly mengantarkan saya ke Cicendo, namun Cicendo Lasik Center tidak buka karena hanya dari hari senin sampai jumat jam 8 sampai 3 sore. Akhirnya kami pulang kembali ke Karawang.
Senin saya langsung datang kembali ke Cicendo, dan tiba disana pukul 8 pagi. Berbincang bincang dengan konsultan dan suster disana, banyak info tentang operasi lasik yang saya dapat dan menambah rasa takut saya. Sebelumya saya sering membaca di internet tentang lasik dan yang saya underline yaitu “mata terasa terbakar” saya sangaaaat takut sekali. Proses sebelum dilasik yaitu screening. Ternyata mata kanan saya minus 3 dan mata kiri minus 2,75. Jadi saya bisa menggunakan Lasik yang seharga Rp.14 juta (belum termasuk obat dll), namun apabila minus diatas 5 disarankan untuk v-lasik seharga 20 juta.  Satu hal lagi ternyata operasi lasik bakal membuat mata saya berubah menjadi positif akan agak buram apabila melihat dari jarak dekat. Namun saya tetap memberanikan diri karena mendapat dukungan dari kedua orang tua.
Biasanya setelah dinyatakan layak operasi. Lalu booking, seminggu kemudian baru operasi. Namun saya bisa langsung pada hari itu juga melaksanakan LASIK. Waaaah Jantung rasanya  berdetak lebih kencang, dipikiran saya kalau operasi lasik gagal resikonya mata saya buta. Sebuah resiko yang sangat besar dan mengerikan.
Saat itu saya berdua pasien Lasik di Cicendo Lasik Center, dia bernama cita mahasiswa teknik mesin Maranatha yang juga di lasik pada waktu yang sama dengan saya. Cita berasal dari Riau dan didampingi oleh kedua orang tuanya yang langsung dating dari Riau. Kami berdua saling men-support walau dalam hati sama sama takut.
Ternyata saya dipanggil terlebih dahulu keruang operasi.Sebelumnya saya ganti pakaian dengan pakaian operasi dan memakai penutup kepala. Lalu saya masuk keruangan yang sangaaat dingin dan penuh alat alat lasik. Berdebat sekali jantung ini, saya terus berdoa dalam hati semoga operasinya dilancarkan. 
Data profile mata saya dimasukkan ke dalam komputer mesin operasi. Lalu yang terjadi adalah sesuatu yang sangaaaat membuat saya merasakan tiap detik yang yang berdetak. Sangat membuat saya gemetaran.
  1. Mata kiri ditutup, dan mata kanan dibuka dan diganjal dengan penahan kelopak. Penahan kelompak ini membuat mata terasa mengganjal dan terasa sakit.
  2. Mata kanan dianestasi dengan obat tetes pada bola mata sehingga mati rasa.
  3. Mesin bedah menempel ke bola mata, udara di sedot dengan pompa vacuum, sehingga mesin bedah menempel ke bola mata.
  4. Mesin bedah mengeluarkan pisau sangat tajam, dan mengiris lapisan mata (kornea) kemudian membukanya seperti mengiris tapi tidak sampai ujung.
  5. Lalu saya disuruh melihat pada sebuah titik merah sekali lagi TITIK warna merah selalu selalu dan selalu hanya melihat TITIK itu. Lalu,bau karbit tercium dan tak lama  sinar laser ditembakkan ke dalam bola mata, sekitar 36 kali tembakan dan bau las karbit sangat terasa. Semua dilakukan  sesuai pola data profile mata saya.
  6. Mesin membalikkan ulang kornea mata saya yang diiris tadi, lalu mata disapu-sapu dan di lem kembali. Selesailah mata kanan lalu proses tersebut sama dilakukan pada mata kiri.
Setelah istirahat sebentar, saya dituntun keluar ruangan, menuju ruang pemulihan. Saya belum berani melihat dan terus memejamkan mata saya, hingga akhirnya saya dituntun ke ruangan dan disuruh melihat huruf yang ada didepan saya. Rasanya masih sakit namun saya paksakan dan terlihat lebih jelas namun masih aga kabur.

Sekitar 20 menit di ruang pemulihan, saya  berbincang dengan cita dan menanyakan bagaimana prosesnya. Cita mengambil V-Lasik dan kami berbincang bincang sambil tetap memejamkan mata.
Tak lama kami diperbolahkan pulang sambil diberikan dompet kecil berwarna hijau yang bertuliskan “ CICENDO LASIK CENTER” berisi 3 warna obat tetesmata juga kacamata pelindung +  mug berwarna putih. Setelah itu kami diperbolehkan pulang. sudah boleh pulang. Sambil diberitahu bahwa 1 jam kemudian akan terasa saaaaaakit sekali, mata terasa terbakar selama 6 jam karena efek anestasinya sudah hilang. Saya masih tenang pada saat itu karena mata masih terasa biasa saja, sampai akhirnya tiba di rumah uwa di Riung Bandung jam 12:15. Uwa nene sudah menyambut di rumah. 

Saya menceritakan semua prosesnya sambil mata tetap tertutup. Tak terasa satu jam berlalu dan lama kelamaan mata saya terasa sangat sakiiiiiiiiiiiiiiiiit sekali. Serasa terbakar, kemudian ditetesi air cabe dan diberi bawang merah. Rasanya campur aduk dan intinya sangat sakit!. Selama 6 jam saya menahan sakit, mama menyuapi saya makan namun tetap mata terus meneteskan airmata. Saya paksa tidurpun tidak bisa saking sakitnya. Hanya istigfar dalam hati yang bisa saya lakukan. Setelah 6 jam rasa sakitnya perlahan memudar. Saya terus menetesi mata dibantu oleh mama karena setiap satu jam sekali saya harus meneteskan obat mata. Besok H+1 Lasik saya harus kembali ke Cicendo untuk periksa. Sampai saat itu tiba mata masih terasa perih, tapi saya terus rutin meneteskan obat mata Besok paginya saya diantar papa mama ke Cindo hasil operasinya bagus dan Alhamdulillah mata saya tidak buta. 
Saya masih kembali chek rutin menurut jadwal yaitu pasca 1 hari, satu minggu dan satu bulan. Kemarin tanggal 23 April 2014 saya ke Cicendo untuk periksa pasca 1 bulan hasilnya mata kanan saya ada iritasi dan harus diberi obat tetes mata POLYGRAN serta wajib meneteskan mata selama 1 jam sekali selama 3 bulan. Jadi selama itu  mata terasa akan kering bahkan sampai sekarang 30 April 2014 karena belum sampai 3 bulan pasca lasik.
Saya tidak merasa kecewa dengan layanan di Cicendo. Mahal memang hampir 16juta totalnya. Tapi operasinya berhasil dan mata saya kembali normal sekarang saya bisa mengatakan Bye Bye Kaca Mata. Bagi yang akan operasi lasik, jangan takut. Semoga info ini bermanfaat. Terimakasih.