[Unpad.ac.id, 5/07/2012] You can if you think you can. Semboyan itulah yang menjadi pedoman Adipta Wisnu Wardhani, mahasiswi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unpad sehingga berhasil menjadi pemenang dalam ajang Altai-Asia 2012 di Barnaul Rusia. Adipta adalah satu dari tiga mahasiswa Unpad yang berangkat ke ajang tersebut. Dua rekannya, Amalia Faradila dari Sastra Jerman dan Muhammad Tanri Arrizasyifaa dari Fakultas Kedokteran, juga berhasil menjadi pemenang untuk masing-masing kategori yang diikuti.
Adipta Wisnu Wardhani menjadi pemenang di presentasi “Academic mobility in Asian higher education institutions”, Amalia Faradila menang di presentasi “Culture: youth traditions and innovations in Asian countries”, dan M. Tanri Arrizasyifaa menang di presentasi “Youth organizations: problem and cooperation perspectives”. Tidak hanya itu, delegasi Unpad yang terdiri dari 3 mahasiswa tadi dibawah pimpinan Direktur Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni Unpad, Dr. Ir. Herryawan Kemal Mustofa juga mendapat sertifikat delegasi dengan kontribusi signifikan dan memiliki semangat tim yang baik.
Altai-Asia 2012 yang mengangkat tema “Education without borders” ini berlangsung dari tanggal 27 sampai 30 Juni 2012 dan diikuti oleh kurang lebih 250 mahasiswa dari 13 negara di Asia dan Siberia. Ajang ini baru pertama kali dilaksanakan dan menurut rencana akan diselenggarakan secara rutin.
“Rasanya tidak percaya ketika nama Unpad dipanggil menjadi pemenang. Setidak-tidaknya kami tidak mengecewakan Unpad dan pulang dengan membawa juara,” ujar Adipta saat ditemui di Ruang UPT Humas, Gedung Rektorat Unpad Jatinangor, Kamis (5/07). Mengangkat permasalahan mengenai student exchange di Unpad, Adipta membahas tentang peran pertukaran pelajar di era globalisasi dan bagaimana pertukaran pelajar tersebut dapat meningkatkan soft skill dari mahasiswa itu sendiri.
“Jadi bagaimana kondisi student exchange di Unpad itu sendiri, mulai dari kelebihan dan kekurangan, kesulitan yang dihadapi, serta bagaimana peran Unpad sendiri dalam memfasilitasi mahasiswanya untuk lebih worldwide lagi,” jelas Adipta.
Makalah tersebut kemudian dipresentasikan di hadapan peserta yang rata-rata juga mengangkat isu tentang student exchange. Tanpa disadari respons dari seluruh peserta sangat tinggi. Adipta pun mengungkapkan banyak peserta yang bertanya mengenai student exchange di Unpad, meskipun seringkali prsentasi tersebut terkendala oleh bahasa, sebab tidak semua peserta mengeti Bahasa Inggris .
Kelebihan lain yang dilakukan oleh Adipta dan kawan-kawan dalam melakukan presentasi ialah dengan menggunakan slide show yang dibuat secara menarik, sehingga hal tersebut dapat menarik minat peserta untuk mengetahui lebih lanjut. Selain itu, mereka juga all out dalam berbusana, yakni berpakaian yang formal, menggunakan almamater, dan pin berlambang bendera Indonesia, meskipun saat itu sedang musim panas.
“Alhamdulillah, dengan menggunakan slide show banyak peserta yang mengerti mengenai pemaparan kami. Sebab, peserta lain hanya mengandalkan dari kertas paper yang dibacakan, sehingga kurang memahami apa yang diutarakan. Itu mungkin kelebihan dari kami,” ungkap gadis kelahiran Subang, 24 Februari 1990 tersebut.
Adipta sendiri mengaku tidak menemui banyak kendala selama mengikuti ajang internasional ini. Hal tersebut disebabkan oleh telah siapnya mereka untuk mengikuti ajang tersebut. Berbekal latihan dan riset selama sebulan yang difasilitasi oleh Dr. Ir. Heryawan Kemal Mustafa, M.Sc., mereka pun dapat tampil secara optimal di hadapan para peserta.
“Di sana pun, panitia tidak pernah membeda-bedakan. Tapi kenyataannya tidak, mereka sangat aware sama kita, bahkan terasa seperti bagian dari keluarga sendiri. Banyak hal yang bisa didapat apalagi dari segi budayanya, dan kita menjadi banyak tahu mengenai kebiasaan mereka. Toleransi antar agamanya pun sangat kuat,” tambah Adipta.
Altai-Asia 2012 itu sendiri merupakan forum pelajar Asia yang diikuti oleh 13 negara di Asia dan Rusia. Kegiatan yang dilakukan ialah kompetisi membahas masalah pokok mengenai isu internasional, education, student mobility, kemahasiswaan, culture, health, dan studies. Masing-masing negara berusaha mempresentasikan apa yang ada di negara tersebut. Adapun M. Tanri mengangkat presentasi mengenai potensi desa, dan Amalia tentang budaya. Bahkan Tanri pun dipersilakan untuk mempresentasikan kembali hasil penelitiannya di hadapan Gubernur Altai, bersama dengan peserta dari China dan Singapura.
Adipta pun berharap dengan pengalaman ini bisa lebih menambah wawasan keilmuannya dan bisa mendorong civitas akademika yang lain untuk juga berprestasi. “Semoga saya bisa memberikan ilmu yang didapat kepada teman-teman yang lain, dan hal-hal positif yang saya dapat di Rusia semoga bisa membangun diri saya prbadi untuk jadi lebih berjuang keras lagi, serta bisa men-support teman-teman yang lain,” harap Adipta.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar